Rabu, 26 Juni 2024

Terbangun dari Tidur Panjang

Setelah sekian lama, situs ini mendapat semangat baru yang membuatnya terbangun dari tidur panjang.  Dalam waktu dekat, situs ini akan alih tangan pengelola, sehingga ia sungguh terbangun dari tidur panjangnya.

Semoga dengan demikian, keberadaan situs ini akan membuahkan manfaat, terutama bagi perkembangan Kelompok Doa De Mazenod Yogyakarta, perkembangan awam OMI pada umumnya.

                                                                          Salam

Rabu, 01 April 2020

Renungan Pertemuan KDM April 2020:
“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”

Di tengah situasi wabah Covid-19, Rm. H Asodo OMI menuliskan secara ringkas pengalamannya menjalani isolasi di rumah di Aix en provence, Perancis, seperti berikut:

Kami sudah hampir 3 minggu hidup di zaman NOW ( Nang Omah Wae – Di Rumah Saja). Kami berempat. Berdoa, makan bersama, menelepon umat yang sendiri, Misa dengan ujub Misa dari semua umat yang mengirimkannya, melayani sakramen pengakuan dosa dengan membuat jadual dan janjian untuk menghindari kerumuman ( seperti no urut periksa dokter), mengirim artikel renungan ke banyak umat serta mengerjakan aneka pekerjaan di rumah yang selalu ada. Kami menjaga kesehatan, menaati peraturan, dan terus mencoba berbuat sesuatu yang baik khususnya bagi mereka yang sendiri dan sepi dengan aneka macam cara. Setiap hari jam 15.30 kami ikut doa Rosario dengan komunitas Lourdes. Ave Maria! Marilah saling mendoakan!

Berikut renungan yang disusun beliau untuk pertemuan KDM April 2020.

Memasuki tahun 2020, dunia diguncangkan oleh Coronavirus – Covid 19 yang menyerang seluruh dunia! Korban berjatuhan; jutaan orang dilarikan ke rumah sakit, petugas medis kelimpungan menampung dan merawat mereka; banyak yang disembuhkan, banyak pula yang kembali ke rumah Bapa. Dimana-mana kacau, dimana-mana bingung dan panik serta tak tahu lagi harus bagaimana. Satu jalan paling radikal yang ditempuh beberapa negara adalah lockdown ( bahasa perancis: confinement). Semua tutup! semua warga diminta tinggal di rumah. Yang keluar tanpa surat, akan didenda. Hanya beberapa sektor vital yang diizinkan tetap buka untuk memenuhi kebutuhan primer yakni makanan dan kesehatan saja. Jangan berkumpul, jaga jarak dan jaga kebersihan adalah tiga anjuran yang paling jitu dipercaya mencegah penyebaran virus berbahaya ini. 
     Semua tutup dan semua berhenti; makin hari makin terasa sepi, sunyi, dan sendiri. Kapan semua ini akan berakhir? Kapan hidup akan pulih kembali? Tak ada satupun ahli yang mampu memberi jawaban pasti. Kita berharap, semoga, jika seturut perhitungan, kita tunggu analisa, sabar dan jangan panik, tetap di rumah menunggu instruksi berikutnya….
Orang beriman bertanya: “Tuhan, Engkau di mana? Mengapa Engkau diam saja? Mengapa Engkau membiarkan kami binasa? ”  Seperti para rasul yang sedang takut tenggelam karena angin rebut, mereka menemukan Sang Guru tidur lelap. Seolah Tuhan diam tak peduli akan nasib umatNya yang menderita dan sengsara.
     Sesungguhnya apa yang kita minta: sehat, sembuh, terhindar dari maut, hidup aman, sejahtera, tanpa masalah dan derita? Bayangan kita adalah bersama Tuhan kita selamat! Itu tepat sekali. Mengapa? sebab DIA-lah Jalan, Kebenaran, dan Hidup. namun demikian, bayangan itu bukan dipahami seperti orang Israel yang tiada hentinya mencobai Tuhan, yakni menuntut Tuhan terus menerus. Dibuatkan mukjizat apapun, tak mengubah hatinya yang degil sehingga Nabi Musa pun pusing tujuh keliling menghadapi umat pilihan Allah ini. Bayangan kita, sebagi murid Kristus adalah salahsatunya seperti Petrus atau Paulus. Petrus yang mengasihi Gurunya diperintahkan untuk memberi makan domba-dombaNya. Inilah saat bagi kita untuk mengasihi, melayani, menghibur, menguatkan, dan memberi makan bagi mereka yang membutuhkan. Juga kita boleh lanjutkan seperti Paulus, yang setelah bertobat di jalan Tuhan, hidupnya seluruhnya ada dalam kasih Tuhan. Kepada umat di Filipi, Paulus bersaksi: “ Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.( Filipi 1: 21-26)
    Kesaksian Paulus ini memberi pesan singkat bagi kita: JANGAN TAKUT, SEBAB KRISTUS ADALAH HIDUP KITA. Oleh sebab itu, masa sulit ini, marilah kita kreatif untuk tetap bisa berbuat baik dengan cara kita masing-masing. Dengan lain kata, kita tetap melanjutkan untuk mengasihi dengan cara-cara kreatif seperti memberi makan, pakaian, obat-obatan, menelepon yang kesepian, berbagi pesan yang menguatkan, dan terlebih lagi tetap berdoa bagi dunia DALAM KRISTUS.
     Kita juga diajak seperti Paulus, diajak apa? Diajak untuk TIDAK TAKUT MATI. Mengapa? Sebab mati adalah keuntungan. Keuntungannya adalah karena kita berjumpa dengan Kristus yang kita percayai dan layani di sepanjang hidup kita. Takut, panik, dan sedih adalah bukan dari Kristus. Kita diajak seperti Petrus untuk memberi makan domba-dombaNya dan juga untuk seperti Paulus yang menguatkan kita. Marilah kita lebih mendekatkan diri kepadaNya, membaca firmanNya, dan terus meneguhkan iman kita: Hidupku adalah Kristus! Jangan takut & terus berbuat baik!

Aix en Provence
31 maret 2020
Rm.Henricus Asodo, OMI

Sharing Pribadi
KERINDUAN OBLAT


   Saudara-saudari terkasih,
Dalam suasana prihatin sekarang ini apa yang ada di dalam benak Anda? Kita memiliki kekhawatiran yang sama, tetapi isi hati kita bisa saja berbeda. Saya merasakan kerinduan untuk bisa berkumpul bersama kembali, berbincang-bincang tentang kehidupan, dan berbagi dari apa yang kita miliki. Namun saya harus menahan diri demi sesuatu yang kita perjuangkan bersama yaitu kehidupan. Guru rohani saya mengatakan: "Kita utamakan keselamatan umat manusia. Salah satu nilai kaul adalah peka pada persoalan bangsa dan taat pada aturan pemerintah demi kemanusiaan." Ya, ketaatan itulah yang saya jalani sekarang ini, taat kepada pemerintah dan taat kepada Gereja.

Mengingat semangat Oblat "close to the people" - dekat dengan sesama - apa yang bisa saya lakukan sekarang ini?
Saya harus memaknai "kedekatan" secara baru. Sekarang ini kedekatan secara fisik begitu beresiko maka kita diminta mengambil jarak. Sudah dua Minggu ini saya diam di rumah dan tidak keluar dari lingkungan Novisiat. Agenda pelayanan misa dan sakramen batal semua. Tetapi relasi dan komunikasi sosial tetap berjalan meski dalam keterbatasan.

Kedekatan yang saya maksud adalah bagaimana saya yang berjarak ini tetap memiliki semangat "satu hati, satu jiwa." Bukankah itu semangat yang dihidupi oleh para Oblat pertama yang belajar dari semangat jemaat Gereja Perdana? Kita satukan hati dan jiwa untuk bersama-sama menghadapi situasi sekarang ini. Bagaimana semangat itu diwujudkan?

Saya mengikuti ajakan Pastor Jenderal untuk membangun solidaritas, berdoa dan berpengharapan.
Saya yang biasanya aktif pergi ke sana ke mari, sekarang diajak untuk solider dengan semua yang tinggal di rumah, mengerjakan tugas di rumah, belajar di rumah, bosan dan bingung berada di rumah. Ternyata ada banyak hal yang tetap bisa saya kerjakan, bahkan sendirian tidak sanggup saya menyelesaikan.
Semakin banyak waktu bagi saya untuk berdoa bersama. Saya juga masih punya waktu untuk menyalakan lilin kecil setiap malam di taman Maria berdoa memohon bantuan Bunda Penolong Abadi agar kuat menghadapi situasi ini. Saya merayakan misa bukan hanya bagi diri saya sendiri, tetapi juga bagi Anda, umat Allah tercinta. Seperti kata St. Paulus, "Aku bersyukur kepada Tuhanku setiap kali aku mengingatmu. Dan ketika aku berdoa untukmu, aku berdoa dengan sukacita."
Saya juga terus berharap agar semuanya ini segera berlalu. Menyatukan harapan saya dengan harapan Anda semua, saya juga berusaha berbuat sesuatu untuk membawa pengharapan. Kalau saya tidak mampu melakukan sesuatu yang heroik karena terkendala situasi, maka saya laksanakan aksi sederhana dalam kesunyian. Saya sambut ajakan untuk mengumpulkan segenggam beras setiap hari, saya kumpulkan juga botol bekas, koran dan kertas. Meski tidak spektakuler saya  yakin suatu saat nanti bisa digunakan untuk berbagi kasih.

Saudara-saudari, saya percaya bahwa Anda juga melakukan sesuatu yang berguna bukan hanya untuk diri Anda sendiri, tetapi juga untuk sesama. Kerinduan kita untuk menciptakan kehidupan yang damai, bahagia dan sejahtera akan tercapai. Mari kita hidupi pesan wasiat St. Eugenius de Mazenod: "Tinggallah di antara kalian cinta kasih, cinta kasih, cinta kasih.... Dan di luar bekerjalah untuk keselamatan jiwa-jiwa."

Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.
Rm. Ant. Sussanto OMI