Dalam suasana prihatin sekarang ini apa yang ada di dalam benak Anda? Kita memiliki kekhawatiran yang sama, tetapi isi hati kita bisa saja berbeda. Saya merasakan kerinduan untuk bisa berkumpul bersama kembali, berbincang-bincang tentang kehidupan, dan berbagi dari apa yang kita miliki. Namun saya harus menahan diri demi sesuatu yang kita perjuangkan bersama yaitu kehidupan. Guru rohani saya mengatakan: "Kita utamakan keselamatan umat manusia. Salah satu nilai kaul adalah peka pada persoalan bangsa dan taat pada aturan pemerintah demi kemanusiaan." Ya, ketaatan itulah yang saya jalani sekarang ini, taat kepada pemerintah dan taat kepada Gereja.
Mengingat semangat Oblat "close to the people" - dekat dengan sesama - apa yang bisa saya lakukan sekarang ini?
Saya harus memaknai "kedekatan" secara baru. Sekarang ini kedekatan secara fisik begitu beresiko maka kita diminta mengambil jarak. Sudah dua Minggu ini saya diam di rumah dan tidak keluar dari lingkungan Novisiat. Agenda pelayanan misa dan sakramen batal semua. Tetapi relasi dan komunikasi sosial tetap berjalan meski dalam keterbatasan.
Kedekatan yang saya maksud adalah bagaimana saya yang berjarak ini tetap memiliki semangat "satu hati, satu jiwa." Bukankah itu semangat yang dihidupi oleh para Oblat pertama yang belajar dari semangat jemaat Gereja Perdana? Kita satukan hati dan jiwa untuk bersama-sama menghadapi situasi sekarang ini. Bagaimana semangat itu diwujudkan?
Saya mengikuti ajakan Pastor Jenderal untuk membangun solidaritas, berdoa dan berpengharapan.
Saya yang biasanya aktif pergi ke sana ke mari, sekarang diajak untuk solider dengan semua yang tinggal di rumah, mengerjakan tugas di rumah, belajar di rumah, bosan dan bingung berada di rumah. Ternyata ada banyak hal yang tetap bisa saya kerjakan, bahkan sendirian tidak sanggup saya menyelesaikan.
Semakin banyak waktu bagi saya untuk berdoa bersama. Saya juga masih punya waktu untuk menyalakan lilin kecil setiap malam di taman Maria berdoa memohon bantuan Bunda Penolong Abadi agar kuat menghadapi situasi ini. Saya merayakan misa bukan hanya bagi diri saya sendiri, tetapi juga bagi Anda, umat Allah tercinta. Seperti kata St. Paulus, "Aku bersyukur kepada Tuhanku setiap kali aku mengingatmu. Dan ketika aku berdoa untukmu, aku berdoa dengan sukacita."
Saya juga terus berharap agar semuanya ini segera berlalu. Menyatukan harapan saya dengan harapan Anda semua, saya juga berusaha berbuat sesuatu untuk membawa pengharapan. Kalau saya tidak mampu melakukan sesuatu yang heroik karena terkendala situasi, maka saya laksanakan aksi sederhana dalam kesunyian. Saya sambut ajakan untuk mengumpulkan segenggam beras setiap hari, saya kumpulkan juga botol bekas, koran dan kertas. Meski tidak spektakuler saya yakin suatu saat nanti bisa digunakan untuk berbagi kasih.
Saudara-saudari, saya percaya bahwa Anda juga melakukan sesuatu yang berguna bukan hanya untuk diri Anda sendiri, tetapi juga untuk sesama. Kerinduan kita untuk menciptakan kehidupan yang damai, bahagia dan sejahtera akan tercapai. Mari kita hidupi pesan wasiat St. Eugenius de Mazenod: "Tinggallah di antara kalian cinta kasih, cinta kasih, cinta kasih.... Dan di luar bekerjalah untuk keselamatan jiwa-jiwa."
Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata.
Rm. Ant. Sussanto OMI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar