Jumat, 18 Januari 2019
Mengenal PPdM (9):
Melangkah Bersama Waktu.
Waktu memang mengiringi langkah perkembangan PPdM. Jika dilihat ke belakang, meski baru berusia tiga tahun, cukup banyak kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan rutin seperti novena bersama, atau menghadiri misa komunitas di Novisiat Blotan walau bukan kewajiban, serta rapat-rapat perencanaan kegiatan, menandai dinamika aktivitas PPdM.
Di luar kegiatan rutin, PPdM juga melaksanakan aksi belarasa seperti mengunjungi orang sakit, mengunjungi panti asuhan, membantu sesama di tempat pembuangan sampah, mencari dana dengan menjadi parkir atau menjual barang bekas atau menjual makanan dan hasilnya disumbangkan ke pihak yang paling memerlukan, dan sebagainya. Sedang kegiatan yang dimaksudkan untuk meneguhkan iman, mempererat persaudaraan antar sesama anggota PPdM, ziarah, adalah adalah contoh kegiatan bersama yang diagendakan luar kegiatan rutin.
Maka, walau sejak tahun pertama telah banyak kegiatan dilakukan, tidak semua bisa ikut terlibat secara penuh dalam berbagai aktivitas PPdM. Kesibukan saat kuliah menyebabkan banyak di antara mereka tidak sempat secara intens menjalin persaudaraan dengan sesama anggota PPdM. Dengan sendirinya pula mereka tidak sempat pula ikut berperanserta dalam berbagai program PPdM, baik itu dimaksudkan untuk anggota sendiri maupun program yang dirancang bagi sesama yang miskin dan terpinggirkan. Dan pada saatnya, para anggota yang datang dari berbagai untuk kuliah di beragam perguruan tinggi, suatu keragaman yang menjadi sukacita, akhirnya pergi satu demi satu setelah lulus.
Meski tidak bisa semua aktif serempak, bukan berarti komunikasi antar anggota terkendala. Sebaliknya, berkat bantuan teknologi seperi WA pada ponsel, komunikasi antar anggota berlangsung lancar-lancar saja. Melalui WA, semua hal bisa diinformasikan, dan semua hal bisa didiskusikan. Bukan hanya persoalan PPdM sebagai suatu perkumpulan yang mengemuka melalui WA.
Kesulitan-kesulitan perseorangan juga muncul di sana. Setiap kesulitan akan mendapat dukungan, atau didoakan bersama, atau diberikan solusi untuk mengatasinya. Begitu pula untuk hal-hal yang biasa terjadi di kalangan kaum muda, seperti saling mengucapkan selamat ulang tahun, atau menyampaikan simpati agar seseorang yang sakit segera sembuh. Bahkan peluang kerja atau permintaan untuk menjadi donor darah juga bisa ditemukan di sana.
Artinya, walau secara fisik belum tentu semua anggota PPdM berisa bertemu langsung, namun pada dasarnya berkat bantuan WA semua terhubung dan bisa mengetaui perkembangan PPdM, begitu pula perkembangan keadaan masing-masing terutama mereka yang bersedia mengungkapkannya melalui WA.
Maka, persoalan kehadiran anggota yang turun naik dan berganti-ganti, dianggap wajar-wajar saja. Rm. Sussanto OMI selalu menekankan bahwa tujuan mereka ke Yogyakarta adalah untuk kuliah. Sebab itu perhatian sepenuhnya harus difokuskan untuk kuliah. Rm. Sussanto, OMI mengatakan bangga melepas anggota PPdM setelah kuliah selesai.
Oleh sebab itu, para pengurus PPdM tidak perlu risau jika anggota yang aktif dalam berbagai kegiatan PPdM itu-itu saja orangnya, atau turun naik jumlahnya. Yang penting, setiap anggota selalu dikontak dan diberitahu rencana kegiatan terdekat. Dengan demikian, jika mereka memiliki waktu luang, diajak hadir pada saat ada pertemuan. Jangan sampai datang hanya sewaktu ada acara inti saja. Jangan sampai dilupakan.
Tantangan terbesar suatu perkumpulan yang keanggotaannya tidak mengikat adalah mempertahankan eksistensi. Salah seorang pendamping PPdM mengungkapkan, pada mulanya ia ragu apakah PPdM bisa bertahan lama. Mengumpulkan anak muda dan mendanai kegiatan mereka biasanya jadi kendala. Tapi kasih Allah tetap tercurah dalam prinsip dua ikan dan lima roti.
Tantangan yang sama juga dihadapi oleh PPdM Yogyakarta. Setiap tahun ada peluang merekrut anggota baru dan karena itu jumlah anggota akan bertambah. Namun setiap tahun pula akan ada yang mulai jarang kelihatan karena sibuk KKN atau menyusun skripsi. Dan setian tahun akan ada anggota yang mengundurkan diri, sebab mereka telah selesai kuliah dan segera bekerja di kota lain.
Kondisi semacam itu menyebabkan kohesi antar anggota sebagai suatu keluarga dan saudara belum sempat terjalin erat. Kondisi itu bukan tidak disadari oleh pengurus. Rm. Sussanto juga selalu mengingatkan, agar mereka saling merangkul dengan anggota baru, begitu pula anggota lama agar tidak semakin menghilang.
Masih banyak agenda PPdM yang belum berjalan karena terkendala oleh kesibukan anggota. Perlu inisiatip dan kreativitas, agar kegiatan-kegiatan di satu sisi sungguh berdampak positip terhadap pertumbuhan iman, sungguh menjadi sarana untuk menghayati spiritualitas dan karisma St. Eugene de Mazenod, sungguh menjadi sarana untuk pengembangan diri. Hanya dengan demkian maka keberadaan PPdM jadi bermakna di mata anggota, di mata para orangtua anggota PPdM, maupun di mata umat Katolik Yogyakarta.***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar