PPdM Yogyakarta mempunyai semboyan, yaitu: Satu Hati, Satu Cinta, Berbagi dalam Sukacita. Semboyan ini menjadi seruan (yell) yang selalu diserukan dalam setiap pembukaan, di tengah, atau saat penutupan suatu pertemuan mereka.
Selain itu, mereka juga memiliki lagu (hymne) sebagai suatu komunitas dengan judul yang sama, karya Fr. Henrikus Prasojo, OMI. Lagu ini selalu dinyanyikan terutama saat Makrek.
Semboyan dan lagu itu bisa dikatakan merupakan cerminan harapan mereka akan kondisi yang ingin dibangun di antara sesama anggota, sesuatu yang menjadi milik mereka. Semboyan dan lagu itu menjadi pemersatu dan penyemangat.
Dalam usia yang masih balita, cita-cita semacam itu tidaklah segera terwujud, melainkan harus diperjuangkan. Sebagaimana dialami setiap perkumpulan yang baru berdiri, tantangan terbesar suatu perkumpulan yang keanggotaannya tidak mengikat adalah mempertahankan eksistensi. Hal yang sama juga bakal dihadapi oleh PPdM Yogyakarta.
Setiap tahun ada peluang merekrut anggota baru dan karena itu jumlah anggota akan bertambah. Namun setiap tahun pula akan ada anggota yang mengundurkan diri, sebab mereka telah selesai kuliah dan segera bekerja di kota lain. Kebanyakan, setelah kuliah di tahun keempat, mereka mulai sering berhalangan bergabung karena tugas kuliah, entah itu praktik lapangan, KKN, atau tersita menyusun skripsi.
Kondisi semacam itu jelas menjadi salah satu tantangan karena akan terus menerus muncul setiap tahun sebagai kendala. Pergantian anggota dan pengurus yang cepat menyebabkan kohesi antar anggota belum sempat tercipta dengan baik. Yang hadir maupun yang mau aktif itu-itu saja. Saat masih sebagai anggota baru, mereka tampak masih belum mudah menyatu, cenderung mengelompok.
Kondisi itu bukan tidak disadari oleh pengurus. Rm. Sussanto juga selalu mengingatkan, agar mereka saling merangkul dengan anggota baru, begitu pula anggota lama agar tidak semakin menghilang.
Masih banyak agenda PPdM yang belum berjalan karena terkendala oleh waktu anggota. Semangat mereka, terutama yang baru, masih kurang. Perlu Inisiatip dan kreativitas, agar kegiatan-kegiatan di satu sisi sungguh berdampak positip terhadap pertumbuhan iman, sungguh menjadi sarana untuk menghayati spiritualitas dan karisma St. Eugene de Mazenod, sekaligus menjadi sarana untuk pengembangan diri. Hanya dengan demkian maka keberadaan PPdM jadi bermakna di mata anggota, di mata para orangtua anggota PPdM, maupun di mata umat Katolik Yogya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar