Tahap terakhir dari rangkaian inisiasi adalah pembaptisan. Tahap ini tanpa disadari sebetulnya bermakna bahwa untuk bisa merasul sebagai anggota PPdM haruslah membersihkan diri lebih dulu, lalu datang menyerahkan diri kepada Tuhan, dan kemudian membiarkan Tuhan yang bekerja menuntun mereka.
Pembaptisan dilakukan dengan cara membenamkan kepala mereka di tengah sungai sebagai simbol pembersihan diri karena pada acara sebelum turun ke sungai sesungguhnya kepala atau tubuh mereka pada dasarnya kotor berselaput tepung putih.
Setelah tiga peserta yang menyatakan diri tidak bersedia menjadi anggota PPdM keluar dari barisan, tinggallah peserta yang masih tertutup matanya oleh secarik kain. Secara bergiliran setiap kelompok dituntun melangkah ke tengah kali yang kedalamannya sekitar satu meter lebih. Mereka diarahkan agar berdiri melingkar menghadap Rm. Santo.
Inisiasi pun dimulai.
Mula-mula Rm. Santo menegaskan bahwa hanya oleh rahmat Yesus Kristus melalui pendampingan Roh Kudus, serta dengan pertolongan Bunda Maria, mereka terpilih untuk menjadi anggota PPdM Yogyakarta. Harapan ke depan, mereka tetap tetap setia dan menjadi anggota PPdM yang militan dalam menghidupi serta memraktekkan spiritualitas dan karisma St. Eugene de Mazenod dalam kehidupan sehari-hari. Dan harapan seperti itu akan dimungkinkan terpenuhi hanya oleh ramat Tuhan semata dan berkat pertolongan Bunda Maria.
Setelah itu, Rm. Santo lalu medoakan dan memberkati mereka.
Kemudian, dibantu frater dan pranovis, kepala mereka dibenamkan beberapa detik. Begitu mereka berdiri tegak kembali, secarik kain yang menutupi mata lalu dibuka, dan inisiasi selesai. Proses inisiasi semacam itu dilakukan berulang-ulang sampai semua kelompok selesai diinisiasi.
Dengan sekujur tubuh masih basah kuyup, semua kembali ke novisiat untuk mandi dan berganti pakaian.
Menyaksikan tahap inisiasi seperti dipaparkan di atas, ada hal menarik yang apabila tahap akhir kegiatan inisiasi dilihat dengan mata batin. Ketika mata masing-masing ditutup dengan secarik kain dan kemudian dituntun ke ke tengah kali untuk dibenamkan kepalanya ke dalam air, sesungguhnya mereka hanya dapat menurut kepada tuntunan yang diterima. Mereka tidak bisa melihat apa-apa. Mereka hanya bisa mendengar aba-aba agar melangkah mengikuti tuntunan. Mereka tidak bisa tahu ke mana melangkah. Yang berada paling depan hanya bisa mengikuti arah dengan mengandalkan suatu tarikan ke tanggannya. Sedang yang berada di belakangnya, hanya bisa melangkah mengikuti arah gerakan tubuh yang di bahu siapa ia tumpangkan kedua tangan.
Dalam konteks itulah pesan Rm. Sussanto menjadi penting. Berkat rahmat Allah Bapa, dengan penampingan Roh Kudus, serta melalui pertolongan Bunda Maria, mereka dituntun untuk datang kepada Yesus, tanpa tahu arah dan hendak berbuat apa. Mereka hanya bisa datang dan berserah. Biarlah Tuhan yang bekerja.
Dan inisiasi semacam itulah yang selalu dilakukan di akhir setiap Makrek.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar