Kamis, 10 Januari 2019

Mengenal PPdM (6):
Kehendak Bebas

Menjadi anggota PPdM Yogyakarta atau tidak, adalah pilihan berdasarkan kehendak bebas. Dan itulah yang ditegaskan Rm. Sussanto saat menginisiasi anggota baru PPdM.
      Inisiasi dilaksanakan di Kali Blotan, berjarak sekitar 75 meter di sebelah barat Novisiat.  Setiap kelompok yang saat berdinamika di pekarangan Novisiat, dengan lumuran tepung putih masih tersisa di tubuh masing-masing, diajak ke lembah kali.
     Setelah melintas tanah kosong seluas sekitar 3000 m persegi milik OMI, jalan setapak yang membelah semak-semak mulai menurun curam. Untuk sampai ke lembah kali yang berada sekitar 20 m di bawah sana, harus melangkah di atas jalan setapak itu berupa undak-undakan tanah yang masih agak basah namun tampak telah dipadatkan. Di beberapa tingkungan dipancangkan batang bambu membentuk pagar pengaman.
      Turun ke lembah kali memang memerlukan kehati-hatian. Menurut salah satu PraNovis, jalan setapak itu dipersiapkan sehari sebelumnya. Jalan setapak berakhir di dataran sekitar 80 meter persegi, persis di tepi kali. Di kiri kanan, begitu pula di tepi seberang barat kali, tumbuh rumpun pohon bambu. Daun bambu menutupi sekitar kawasan itu, sehigga terasa teduh dari terik sinar matahari siang. 
      Beberapa anggota kelompok yang tiba lebih dulu langsung turun ke kali, kegirangan menceburkan diri ke dalam air. Ada yang hanya membenamkan diri, ada yang berenang, ada saling mencipratkan air dengan kedua telapak tangan. Selain karena keasriannya yang menggoda, membenamkan seluruh tubuh di dalam air berarti menghilangkan sisa-sasa tepung. Kedalaman kali berkisar antara 30 – 150 cm. Airnya jernih.
      Kali dan sekitar tempat itu sudah dibersihkan sehari sebelumnya. Menurut salah satu pranovis, sampah yang paling banyak adalah plastik dan kain-kain gombal. Sampah itu tersangkut di batu atau akar bambu di pinggir kali, hanyut terbawa arus kali dari utara, terutama kalau hujan lebat.
     Setelah semua kelompok tiba, mereka diminta berdiri berbaris sesuai kelompok masing-masing di atas dataran pasir di tepi seberang kali. Dibantu novis dan pranovis, salah satu pemandu acara membagikan secarik kain kepada masing-masing peserta. Kain itu kemudian digunakan sebagai ikat kepala yang menutupi mata masing-masing. Dengan mata telah tertutup kain, mereka tetap berdiri dalam barisan sesuai kelompok.
      Rm. Sussanto, OMI kemudian memberi pengantar mengenai inisiasi yang segera dilaksanakan. Dikatakan, inisiasi menjadi anggota PPdM Yogyakarta adalah sebagai pertanda bahwa setelah inisiasi setiap anggota diharapkan berkomitmen teguh menghidupi dan mengamalkan spiritualitas dan karisma St. Eugene de Mazenod dalam kehidupan sehari-hari.
     Namun menjadi anggota PPdM Yogyakarta adalah pilihan bebas. Tidak ada paksaan. Kebebasan untuk memilih bersedia atau tidak menjadi anggota PPdM Yogyakarta sepenuhnya merukan milik mereka. Sebab itu, mengikuti inisiasi yang akan dilaksanakan, atau tidak,  adalah hak yang tetap dihormati. 
     Sehubungan dengan kebebasan itu, Rm. Sussanto, OMI mempersilakan semua peserta untuk merenung beberapa saat. Setiap peserta diminta untuk mempertimbangkan secara mendalam dan sungguh-sungguh apakah ikuti diinisiasi atau tidak. Setelah waktu merenung dianggap cukup, Rm. Sussanto, OMI kemudian meminta, bagi mereka yang memutuskan untuk tidak ikuti inisiasi, yang berarti tidak menjadi anggota PPdM Yogyakarta, agar keluar dari barisan dan membuka tutup mata. 
     Ada tiga peserta yang membuka kain penutup mata lalu keluar dari barisan. Kepada ketiganya, Rm. Sussanto, OMI mengucapkan proficiat karena telah mengambil keputusan sesuai nurani masing-masing. Ditegaskan, meski tidak menjadi anggota PPdM, ketiganya tetap diharapkan bersedia berperanserta dalam berbagai kegiatan OMI maupun dalam kegiatan PPdM Yogyakarta. Paling tidak sebagai simpatisan. Selain itu juga disampaikan terima kasih atas kesediaan mengikuti acara sejak Sabtu hingga Minggu siang.
      Begitulah inisiasi dilakukan, sejak pertama kali hingga kali ketiga.  Jika direnungkan apa yang terjadi selama mengikuti pergerakan acara demi acara dari sejak awal, tahap inisiasi ini menjadi salah satu tahap yang indah. Indah karena pada tahap itu, apa yang sejak mula telah diberikan Allah kepada manusia, yaitu kehendak bebas untuk mengikuti panggilan-Nya atau tidak, tetap dihormati dan dihargai.
      Hal itu memang baru jelas sampai di ujung tahap acara yang dinamai inisiasi. Padahal, dengan sebutan semacam itu, mudah sekali muncul praduga bahwa ujung-ujungnya peserta yang diundang mengikuti acara tersebut akan digiring agar bersedia menjadi anggota PPdM. Kenyataannya tidak demikian. Kehendak bebas itu tetap dihormati dan dihargai. Sungguh kejutan yang indah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar