Kamis, 01 Agustus 2019

Rm Tarsisius Eko Saktio OMI:
Setiap Orang Dipanggil jadi Alat-Nya

       Setiap orang dipanggil untuk jadi alat-Nya. Menjadi pewarta kabar sukacita dalam hidup. Dan Tuhan punya cara sendiri saat memanggil seseorang.  Maka penting bagi setiap orang semakin menyadari dan mengenal panggilan Tuhan dengan baik, untuk kemudian melaksanakannya penuh tanggung jawab. Demikian dikemukakan Rm Tarsisius Eko Saktio OMI, Provinsial OMI Indonesia, dalam homili pada Perayaan Ekaristi Inisiasi Masa Pranovisiat OMI, di kapel Novisiat OMI Blotan, Yogyakarta, Kamis (01-08-2019).
       Dalam perayaan Ekaristi tersebut, 11 aspiran diinisiasi memasuki masa  pranovis angkatan 2019-2020.   Mereka secara resmi diserahkan oleh Direktur Panggilan OMI, Rm. Aloysius Wahyu Nugroho OMI kepada Provinsial OMI, dan karena itu sah menjadi anggota komunitas Novisiat OMI. 
     Setelah diterima oleh Provinsial OMI, mereka menandatangani surat pernyataan di meja altar. Rm Eko kemudian mengalungkan salib yang telah diberkati sebagai simbol resmi menjadi anggota Komunitas Novisiat.   Lalu Rm Eko kemudian menyerahkan mereka kepada Rm. Igantius Yulianto OMI sebagai romo formator pendamping. 

Inspirasi dari Alfons Maria de Liguori 
     Lebih lanjut Rm Eko mengatakan, mengenai panggilan, kita bisa menimba inspirasi dari Alfons Maria de Liguori yang kita peringati hari ini, seorang Uskup dan Pujangga Gereja. Dia belajar dari kegagalan dalam perkara sebagai pengacara. Dari pengalaman itu dia temukan apa yang jadi kehendak Tuhan dalam hidupnya.
    Oleh sebab itu Rm Eko mengajak siapa saja agar sama-sama semakin menyadari dan mengenal panggilan Tuhan dengan baik. Penuhi tangungjawab dalam panggilan itu sehingga makin banyak orangg mengalami kehadiran Kristus dalam hidupnya. "Semoga pengalaman St Alfons semakin membuat kita mengenal panggilan Tuhan." 
    Hal yang sama juga berlaku bagi pranovis yang dalam perayaan Ekaristi ini diinisiasi menjalani masa pranovisi. Bercermin pada pengalaman sendiri, Rm. Eko mengatakan dirinya tidak mengalami masa pranovisiat. Dulu begitu menyatakan ingin menjadi imam OMI, langsung dikirim ke Nyarumkop, Kalimantan Barat, sesudah itu dikirim ke Mertoyudan untuk menjalani KPA (Kelas Persiapan Atas). Saat itu belum kenak dengan romo OMI. Sekarang para calon oblat disiapkan cara istimewa. Dari yuniorat ke pranovisiat lalu masuk tahun kanonik menjadi novis.
     Selama pranovis masing-masing mendalami dan mengenali panggilan Tuhan. Masa ini jadi kesempatan mendalami rencana Tuhan dalam diri masing-masing. Sedikit demi sedikit mengenal kongregasi, konstitusi, sejarah kongregasi, spritualitas. Tak perlu takut. Santai saja. Selama menjalani masa pranovisiat diharapkan semakin mendalami spritualitas OMI.
     Maka khusus bagi para pra-novis, dengan pendampingan para romo, para pengajar, dan lain-lain, semoga semakin yakin dengam panggilan, supaya pada saatnya siap masuk masa novis.
     Dalam perayaan Ekaristi yang dihadiri komunitas KDM, PPdM, komunitas Novisiat Blotan, serta beberapa frater dan bruder dan Seminari Tinggi OMI Condongcatur,  turut menjadi konselebran Rm. Antonius Widiatmoko OMI, Rm. Simon Heru OMI, Rm. Ignatius Yulianto OMI, Rm. Aloysius Wahyu Nugroho OMI, serta Rm. Antonius Sussanto OMI.***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar