Selasa, 16 Juli 2019

Refleksi Teramo 2019 Balikpapan (1):
Perjumpaan Penuh Sukacita

Rumah kediaman induk semang
       Minggu, 30 Juni pk 12.13 WITA ketika Delegasi PPdM menuju Gereja St. Petrus dan Paulus, Dahor, Balikpapan, di dalam taksi saya sempat membayangkan bahwa saya akan tinggal bersama induk semang di sebuah rumah panggung berlantai papan. Bayangan itu muncul dari ingatan tentang pengalaman putri sulung saya saat tahun lalu KKN di Desa Kenyabur, Sintang, Kalimantan Barat.
      Selang dua jam kemudian saya terpana. Panitia meminta saya dan empat peserta Teramo lainnya masuk ke mobil Toyota Fortuner. Sepanjang perjalanan Bu Albin yang membawa kami menjelaskan bahwa kami sementara akan tinggal di rumahnya sampai induk semang saya menjemput. Begitu mobil menuju Kompleks Pertamina, angan-angan saya tentang rumah berlantai papan buyar. Rumah-rumah di Kompleks Pertamina tertata rapi, berhalaman luas tak berpagar di perbukitan sejuk, benar-benar menyejukkan mata. Jadilah saya tinggal di rumah induk semang Lusi, salah satu anak PPdM, selama semalam.
      Besoknya saya bersama Indah dan Diana, diantar ke rumah induk semang sebenarnya. Sepanjang jalan Bu Albin bercerita bahwa saya dan Diana akan tinggal di rumah Pak Aryo, sedang Indah di rumah Pak Alex.
      Setiba di security check point Kompleks Pertamina Hulu Mahakam, mobil berhenti. Kaca mobil dibuka, lalu petugas memeriksa bawah mobil memakai kaca cembung. Tak hanya sampai di situ. Petugas itu juga menelepon rumah Pak Alex untuk memastikan bahwa kami benar tamu yang sedang ditunggu. Saya berpikir, di Yogyakarta hanya perumahan mewah yang dijaga seketat ini.
      Setelah menginggalkan pos pemeriksaan, kami tiba di sebuah rumah di perbukitan berdinding kayu coklat tua dengan papan nama penghuni di setiap sudut halaman, rumah induk semang Indah. Kami disambut Bu Rika istri Pak Alex. Karena Pak Aryo dan istrinya, induk semang saya, belum pulang kerja, saya dan Diana diminta transit dulu di rumah ini.

Sobat Lama
      Usai makan siang saya diberitahu Indah bahwa Pak Alex sudah pulang dari kantor. Sewaktu kami pamit menuju Gereja Dahor, saat berjabat tangan itulah saya sadari bahwa Pak Alex ini adalah kawan kos semasa kuliah, 34 tahun yang lalu. Kami tak sempat bicara banyak karena Bu Rika sudah bersiap di dalam mobil hendak mengantar kami. Tuhan mahabaik mempertemukan saya dengan kawan lama.
     Sesudah acara pembukaan Teramo, saya telah ditunggu Pak Aryo. Setiba di rumah, saya dan Diana disambut Bu Sisil, istri Pak Aryo. Lewat obrolan sampai larut malam, saya mengetahui bahwa Pak Aryo adalah adik sepupu sahabat semasa saya mengantar anak-anak sekolah, belasan tahun lampau. Betapa kecil dunia ini. Dalam waktu singkat saya bertemu dengan para induk semang yang terkoneksi dengan persahabatan saya di masa lalu.

Sukacita
     Begitulah. Pengalaman selama mengikuti Teramo 2019 saya sikapi dengan perasaan mendua. Di satu sisi saya sungguh bersyukur karena meskipun baru sekali itu menginjak bumi Balikpapan, tapi seolah saya berada di tengah kehangatan keluarga sendiri. Di sisi lain, saya sungguh merasa tidak enak ketika mulai hari pertama sudah muncul aneka keluhan peserta lain atas berbagai ketidaknyaman yang dialami. Apa yang saya terima sebagai kemurahan Tuhan melalui keluarga induk semang saya, sungguh sangat jauh berbeda.
     Karenanya, sebagai pendamping PPdM, saya lantas memilih menyibukkan diri dengan menulis dan memotret apa yang saya lihat dan alami dari hari ke hari. Dan pada hari ketiga, dari percakapan grup WA Teramo, Helen (anak PPdM), yang live in di ITCI mengabarkan dia tersengat serangga dan Vira luka-luka karena terjatuh saat hendak turun dari truk. Ditambah dengan berbagai keluhan atas ketidaknyaman oleh peserta lain, lengkaplah sudah penderitaan anak-anak itu. Saya prihatin.
     Di luar berbagai keluhan yang saya dengar, tentu saja saya sangat bahagia melihat anak-anak muda yang begitu antusias mengalami perjumpaan dengan sesama rekan muda dari berbagai distrik OMI. Mereka tak kenal lelah, hari demi hari dihadapi dengan energik dan sukacita. Mereka riuh dan cepat akrab saat bersama-sama dengan delegasi lain, tertawa lepas. Mereka segera melupakan berbagai ketidaknyamanan yang dirasakan. 
     Sukacita yang mereka alami dalam perjumpaan itu menulari saya.  Saya turut merasakan bahwa perjumpaan di Balikpapan ini sejatinya adalah suatu perjumpaan penuh sukacita. (M Etty Tri Poesporini Pendamping PPdM Yogyakarta).***(Bersambung. Klik di sini).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar