Apabila mengandalkan kekuatan sendiri, tak seorang pun mampu mewartakan kasih. Karena itu setiap Imam harus mengandalkan Yesus dalam melaksanakan tugas perutusannya sebagai gembala bagi umat. Demikian disampaikan oleh Uskup Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin, dalam homilinya saat Perayaan Ekaristi Syukur 40 tahun Paroki St. Petrus dan St. Andreas Sepauk dan Tahbisan 3 (tiga) Imam OMI, Minggu (25-08-2019).
Adapun tiga Imam yang ditabihkan tersebut yakni Diakon Petrus Hamonangan Sidabalok, OMI dari Paroki St. Fransiskus Asisi - Seribudolok, Sumatera Utara, Diakon Norbertus Soleman, OMI dari Paroki St. Yohanes Penginjil-Dangkan Silat Kapuas Hulu, dan Diakon Carolus Adi Nugroho, OMI dari Paroki St. Stephanus Cilacap Jawa Tengah.
Dikemukakan, bacaan Injil berbicara tentang panggilan untuk mengasihi satu sama lain. Walau bacaan ini klasik, namun tetap relevan dan aktual sepanjang masa.
Kisah Elisabeth Suteja bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja. Judulnya: Yesus tersenyum padaku. Kisah ini menceritakan aktualisasi bagaimana mengasihani sesama dalam pengalaman pribadi. (Klik di sini, baca selengkapnya kisah Elisabeth Suteja, tentang kejadian yang dialami tanggal 20 Desember. 2010):
Dua Pelajaran
Dari bacaan Injil maupun kisah Elisabeth Sutedja itu kita mempelajari dua hal. Pertama, setiap saat Yesus menemani kita dalam kenyataan hidup sewaktu menemui sesama dan memberi kasih kepada sesama yang kita temui itu. Tuhan selalu meminta kita memberikan suatu pertolongan kepada sesama. Pertanyaannya, apakah kita peka, bisa melihat sesama yang kekurangan? Banyak orang memerlukan uluran tangan. Setiap orang layak menerima uluran tangan kita.
Kedua, setiap orang perlu keluar dari diri sendiri. Tidak terpaku pada diri atau kepentingan diri. Berapa waktu yang kita berikan untuk memperhatikan yang lain? Tidak mugkin mengasihi sesama bila tidak keluar dari diri dan arahkan pandangan keluar. Maka sangat penting untuk tidak hanya paham arti kasih, tapi yang lebih penting adalah mampu menyatakannya secara aktual dan faktual. Siapa yang harus dikasihi tak perlu mencarinya jauh-jauh. Di mana saja pasti ketemu. Penting melihat secara nyata siapa yang perlu dikasihi.
Mengasihi Sepenuh Hati Bahkan Sampai Mati
Hari ini tahbisan tiga diakon menjadi imam. Ketiga diakon berani menjawab pangglan Tuhan: Kasihilah sesamamu. Jadi imam harus berani mengasihi sesama sepenuh hati bahkan sampai mati.
Setiap hari harus melayani, sebab Yesus akan mengatakan: berikan mantolmu, nasimu, kunjungi yang sakit, angkat yang terpuruk.
Ada sejuta cara Yesus meminta kita untuk mengasihi sesama. Mungkin secara langsung, atau lewat orang lain, atau melalui suatu kejadian. Kendalanya terletak pada kepekaan kita.
Banyak kelaparan, ketidakadilan, dan sebagainya, yang terjadi setiap hari di mana saja. Yang jadi persoalan adalah tidak banyak orang mampu melaksanakan ajaran Yesus.
Kita bersyukur, walau tidak banyak, tapi selalu ada yang mengikuti Yesus dan melaksanakan ajaran-Nya. Contoh Elisabeth Sutedja. Maka, pertanyaan bagi tiga Imam baru: Mampukah melaksanakan ajaran-Nya?
Jangan takut. Yang dikehendaki bukan memberi banyak, tapi memberi dengan tulus dan berdasarkan kasih. Tidak bersungut-sungut saat memberi. Tak ada gunanya memberi banyak kalau bersungut-sungut ketika memberi. Walau memberi sedikit yang penting tulus dan berdasarkan kasih. Begitu pula kalau kaya memang bisa memberi banyak, tapi harus tulus dan berlandaskan kasih. Mampukah kita melakasanakannya? Apabila mengandalkan kekuatan diri sendiri, kita takkan mampu. Tapi dengan mengandalkan Yesus, kita pasti mampu.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar