Senin, 26 Agustus 2019

Tahbisan Tiga Imam OMI di Sepauk (1):
Acara Pembukaan Berlangsung Meriah dan Penuh Makna

      Upacara pembukaan Perayaan Syukur Ulang Tahun ke-40 Paroki St. Petrus dan Andreas Sepauk disertai Tahbisan Tiga Imam OMI di Gereja Stasi Paroki St. Petrus dan Andreas Sepauk di Langkenat berlangsung meriah dan penuh makna.
      Dihadiri sekitar 2000 undangan, seluruh kompleks gereja di mana acara tahbisan dilangsungkan penuh sesak. Kursi yang disediakan panitia  semua terpakai.  Bahkan sebagian umat terpaksa menduduki anak tangga bangunan yang di puncaknya terletak patung Maria Pieta yang hari itu diberkati oleh Uskup Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin.
    Acara dimulai sekitar pkl. 15.00, diawali sambutan selamat datang kepada Uskup dan rombongan di depan pintu gerbang kawasan gereja. Mula-mula seorang penari pakaian adat lengkap menarikan tarian adat,  lalu Uskup dipersilakan memotong tali yang dibentangkan  sebagai pemisah antara wilayah luar dan dalam gereja. Tali itu telah dihiasi karangan bunga. Uskup kemudian memotong bentangan karangan bunga itu sebagai lambang harapan semoga semua penghalang dijauhkan dari acara yang diselenggarakan.
    Rombongan tamu, mulai dari Uskup Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin, Provinsial OMI Indonesia  Rm. Eko Saktio, OMI, Rektor Seminari Tinggi OMI Rm. Antonius Widiatmoko, OMI,  petinggi pemerintah setempat, hingga keluarga Diakon calon tertahbis,  kemudian dikalungi selendang kecil.  Pengalungan ini melambangkan harapan semoga ikatan persaudaraan terjalin antara tamu dan umat yang menjadi tuan rumah.
     Setelah pengalungan selendang kecil, setiap tamu kemudian disuguhi secangkir air kehidupan, yaitu tuak minuman adat Dayak.  Dengan meminum tuak ini, terkandung harapan semoga setelah mengalami kepenatan menempuh perjalanan jauh ke tempat upacara,  semua tamu memperoleh kesegaran kembali.
     Begitu memasuki halaman gereja, ketiga Diakon diminta menginjak telur yang ditempatkan di atas nampan kayu keras.  Nampan dari kayu keras melambangkan niat yang teguh dan usaha manusia untuk memperoleh suatu manfaat serta tujuan hidup. Telur ayam kampung yang berisi kehidupan ini tercurah ke bumi pertiwi dan akan membawa kesuburan serta kesejahteraan bagi semua, khususnya ketiga Diakon.
    Usai ritual adat itu, dimulai perarakan menuju altar, didahului oleh kelompok penari adat Dayak yang terdiri dari pemuda pemudi umat paroki setempat. . Di kiri kanan jalan menuju altar berdiri belasan anak perempuan kecil menaburkan serpihan kertas warna-warni menyambut rombongan perarakan.
    Setelah Uskup Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin yang menjadi selebran utama, konselebran dan para romo, serta para petugas liturgi. sampai di atas altar, misa pun dimulai.
    Perarakan meriah kembali berlangsung sewaktu kelompok penari dengan pakaian adat bermanik-manik dengan corak warna-warni khas Dayak menyambut petugas persembahan.  Persembahan yang yang dibawa, selain hosti dan anggur,  juga disertakan dua botol tuak warna kuning dan merah, sekeranjang buah, jajanan khas setempat, dan daging babi yang sudah masak. Kelompok penari bergerak menjemput petugas persembahan dalam irama tarian adat, dan kemudian berbalik arah menuju altar dengan gerak tarian adat pula, memandu petugas persembahan tersebut.***
.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar